Senin, 12 Januari 2015

BANI ABBASIYAH

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukan semua wilayahnya kecuali Andalusia.
Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk.

B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini terdiri dari rumusan masalah berikut ini:
1.      Bagaimana proses lahirnya Bani Abbasiyah?
2.      Bagaimana sistem politik, pemerintahan dan bentuk negara Buwaihi, dan Saljuki
3.      Bagaimana strategi kebudayaan: rasionalitas?
4.      Bagaimana proses runtuhnya Bani Abbasiyah
5.      Bagaimana transimisi peradaban dan kebudayaan Islam ke dunia Barat?


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Kelahiran Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah didirikan oleh Abu Al-Abbas pada tahun 750-754 M dengan Irak sebagai pusat pemerintahannya. Khalifah pertama Abbasiyah ini menyebut dirinya as-saffih, penumpah darah, yang kemudian menjadi julukannya. Julukan itu merupakan pertanda buruk karena dinasti yang baru muncul itu mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam menjalankan kebijakannya. As-Saffah menjadi pendiri dinasti Arab Islam ketiga setelah Khulafa’ Ar-Rasyidun dan Dinasti Umayah yang sangat besar dan berusia lama. Dari tahun 750 M, hingga 1258 M, penerus Abu Al-Abbas memegang pemerintahan, meskipun mereka tidak selalu berkuasa. Orang Abbasiyah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan negara teokrasi, yang menggantikan pemerintahan sekular (mulk) dinasti Umayah. Sebagai ciri khas keagamaan dalam istana kerajaannya, dalam berbagai kesempatan seremonial, seperti ketika dinobatkan sebagai khalifah dan pada shalat Jumat, khalifah mengenakan jubah (burdah) yang pernah dikenakan oleh saudara sepupunya, Nabi Muhammad. Akan tetapi, masa pemerintahannya, begitu singkat.

B.     Sistem Politik, Pemerintahan dan Bentuk Negara: Buwaihi, dan Saljuki
1.      Bani Buwaihi
Dinasti Buwaihi dirintis oleh tiga bersaudara: Ali, Hasan, dan Ahmad yang berasal dari Dailam. Tiga saudara ini dalam sejarah dikenal sebagai tentara bayaran. Ketika berkuasa di Baghdad, khalifah Bani Abbas dijadikan penguasa simbolik (de jure), dan pengendalian pemerintahan secara de facto berada di tangan para amir. Tiga bersaudara ini memiliki daerah kekuasaan masing-masing. Ahmad Ibn Buwaihi berkuasa di Baghdad; Ali Ibn Buwaihi (‘Imad al-Dawlat) berkuasa di Fars; dan Hasan Ibn Buwaihi (Rukn al-Dawlat) berkuasa di Jibal, Rayy, dan Isfahan.
Sekalipun tidak menghapuskan khilafah, Buwaihi berupaya mengkampanyekan Syi’ah di Baghdad dengan beberapa gerakan: pertama, Buwaihi menginstruksikan kepada pengelola masjid-masjid agar menuliskan kalimat berikut: “Allah melaknat Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan, yang merampas hak Fatimah ra, yang melarang Hasan Ibn Ali dikuburkan berdampingan makam kakeknya SAW, dan kedua, Buwaihi menetapkan hari-hari bersejarah bagi Syi’ah dijadikan perayaan resmi negara seperti perayaan 10 Muharram untuk memperingati kasus Karbala, dan peringatan 12 Dzulhijjah sebagai yawm al-Ghadir yang dalam keyakinan Syi’ah, Nabi SAW mewasiatkan kepada Ali Ibn Abi Thalib sebagai penguasa duniawi dan agama sepeninggal beliau.

2.      Bani Saljuk
Bani Saljuk dinisbahkan kepada Saljuk Ibn Tuqaq. Tuqaq (ayah Saljuk) adalah pemimpin suku Oghus (Ghuzz atau Oxus) yang menguasai wilayah Turkistan, tempat mereka tinggal. Saljuk Ibn Tuqaq pernah menjadi panglima imperium Ulghur yang ditempatkan di Selatan lembah Tahrim dengan Kasghar sebagai ibu kotanya. Karena merasa tersaingi kewibawaanya, permaisuari raja Ulghur merencanakan pembunuhan terhadap Saljuk. Akan tetapi, sebelum dapat direalisasikan rencana itu sudah diketahui oleh Saljuk. Dalam rangka menghindari pembunuhan Saljuk dan orang-orang yang setia kepadanya menyelamatkan diri dengan melarikan diri ke arah Barat, yaitu daerah Jundi (Jand) suatu daerah yang merupakan bagian dari Asia kecil yang dikuasai dinasti Samaniyah yang dipimpin oleh amir Abd al-Malik Ibn Nuh (954-961 M). Amir Abd al-Malik Ibn Nuh mengizinkan Saljuk tinggal di Jundi dekat Bukhara. Terkesan oleh kebaikan Amir Abd al-Malik Ibn Nuh, Saljuk dan pengikutnya memeluk Islam aliran Sunni sesuai dengan aliran yang dianut oleh masyarakat setempat.
C.    Sistem Sosial
Masuknya orang-orang Iran ke dalam elit kekuasaan pada masa Abbasiyah yang dimulai dari keluarga Al-Barmark pada masa Harun Ar-Rasyid telah memberikan semangat terpendam yang merupakan cikal bakal kebangkitan Iran Baru yang berjiwa Islam. Apalagi dengan adanya perkawinan keluarga khalifah seterusnya. Walaupun di sana-sini timbul pertentangan anara orang-orang yang masih mempertahankan dominasi dan nasionalisme Arab di kalangan keluarga khalifah dengan pihak yang telah beradaptasi dengan kebudayaan Iran, hal itu tidak menghalangi proses lebih lanjut bagi perluasan pengaruh Iran dalam dunia Islam pada waktu itu. Misalnya, dalam pembangunan kota Baghdad, jelas sekali meniru pola kota di zaman Iran. Tata kota dibagi-bagi secara serasi. Ada pusat pemerintahan, pusat ekonomi, dan pusat keagamaan, yang dikelilingi oleh perumahan yang disediakan untuk rakyat.

D.    Orientasi Politik
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.

E.     Tali Ikat Persatuan (Agama Kosmopolitanisme)
Pada masa khilafah Bani Abbas, banyak terjadi perpecahan dikalangan umat Islam saat itu. Hal ini dikarenakan perbedaan pemikiran yang terjadi di dalam kalangan Islam itu sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut khalifah Bani Abbas membuat peraturan untuk dijadikan sebagai pemersatu umat Islam.
Salah satunya adalah dengan membentuk sebuah paham yang beranggapan bahwa seseorang tidak perlu mempunyai kewarganegaraan, tetapi menjadi warga dunia. Keputusan ini pun di sambut baik oleh umat Islam, karena mereka beralasan kalau setiap orang tidak ada perbedaan diantara lainnya, tidak ada yang membedakan seseorang dengan status kewarganegaraan, semuanya merupakan warga dunia yang sama antara satu dengan yan lainnya.

F.     Perkembangan Peradaban: Perkembangan Kota, Arsitektur, Teknologi, Industri,  dan Perdagangan
Pada masa Dinasti Abbasiyah pengembangan industri rumah tangga berkembang pesat dan maju. Industri kerajinan tangan menjamur diberbagai pelosok kerajaan. Daerah Asia Barat menjadi pusat industri karpet, sutera, kapas, dan kain wol, satin, dan brokat (dibaj), sofa (dari bahasa Arab, Suffah) dan kain pembungkus bantal, juga perlengkapan dapur dan rumah tangga lainnya. Mesin penganyam Persia dan Irak membuat karpet dan kain berkualitas tinggi. Ibu Al-Musta’in memiliki sehelai karpet yang dipesan khusus seharga 130 juta dirham dengan corak berbagai jenis burung dan emas yang dihiasi batu rubi dan batu-batuan indah lainnya.
Sejak masa khalifah kedua Abbasiyah, Al-Manshur, sumber Arab paling awal yang menyinggung tentang hubungan maritim Arab dan Persia dengan India dan Cina berasal dari laporan perjalanan Sulaiman At-Tajir dan para pedagang muslim lainnya pada aba ke-3 Hijriah. Tulang punggung perdagangan ini adal sutra, kontribus terbesar orang Cina kepada dunia Barat. Biasanya, jalur yang disebut  “jalan sutra”, menyusuri Samarkand dan Turkistan Cina.
Barang-barang dagangan biasanya diangkut secara estafet; hanya sedikti khalifah yang menempuh sendiri perjalanan sejauh itu. Di sebelah barat, para pedagang Islam  telah mencapai Maroko dan Spanyol. Pada masa Abbasiyah, orang-orang justru mampu mengimpor barang dagangan, seperti rempah-rempah, kapur barus, dan sutra.

G.    Strategi Kebudayaan Rasionalitas
Rasionalitas nampaknya menjadi pemicu berkembangnya kebudayaan pada masa Bani Abbasiyah. Aliran-aliran teologi sudah ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazilah. Teologi rasional Mu’tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikiran yang lebih kompleks dan sempurna baru dirumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam. Tokok perumus pemikiran Mu’tazilah yang terbesar adalah Abu Al-Huzail Al-Allaf (135-235 H/752-849 M) dan Al-Nazzam (185-221 H/801-835 M). Asy’ariyah, aliran tradisional di bidang teologi yang dicetuskan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga banyak terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy’ari sebelumnya adalah pengikut Mu’tazilah.
Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa kebebasan berpikir diakui sepenuhnya sebagai hak asasi setiap manusia oleh Daulah Abbasiyah. Oleh kerana itu, pada waktu itu akal dan fikiran benar-benar dibebaskan dari belenggu taqlid, sehingga orang berleluasa mengeluarkan pendapat. Berawal dari itu, zaman pemerintahan Abbasiyah awal melahirkan 4 Imam Madzhab yang ulung, mereka adalah Syafi’i , Hanafi, Hambali , dan Maliki.
Dalam negara Islam di masa Bani Abbassiyah berkembang corak kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal/rasio iaitu Kebudayaan Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan Hindi dan Kebudayaan Arab dan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Masuknya kebudayaan Arab ke dalam kebudayaan Islam terjadi dengan dua jalan utama, yaitu :
1.      Jalan Agama, Mengharuskan mempelajari Qur’an, Hadist, Fiqh yang semuanya dalam bahasa Arab.
2.      Jalan Bahasa,Jazirah Arabia adalah sumber bahasa Arab, bahasa terkaya diantara rumpun bahasa samy dan tempat lahirnya Islam.

H.    Perkembangan Intelektual; Keagamaan, Pendidikan, Sains, Teknologi, Astronomi, Matematika, Filsafat, Kedokteran, Ilmu Bumi, Sejarah, Sastra.
Abad X masehi disebut abad pembanguan daulah islamiyah di mana dunia islam, mulai dari cordove di spanyol sampai muktan di pakistan, mengalami pembangunan di segala bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dunia islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur; sebaliknya dunia barat masih dalam keadaan delap, bodoh dan primitife. Dunia islam sudah sibuk di laboratorium dan observatorium; dunia barat masih asik dengan jampi jampi dan dewa dewa. Hal ini disebabkan agama yang dibawa nabi muhammad telah menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan suatu kebudayaan baru yakni kebudayaan islam. Dorongan itu mula mula menggerakkan terciptanya ilmu ilmu agama dalam bidang agama     ( ilmu naqli ), bermunculah ilmu ilmu agama dalam berbagai bidang. Kemudian, ketika umat islam keluar dari jazirah arab, mereka menemukan pembendaharaan yunani. Dorongan dari agama ditambahpengaruh dari pembendaharaan yunani menimbulkan dorongan untuk memunculkan berbagai ilmu pengetahuan di bidang akal (ilmu aqli).
1.      Perkembangan Ilmu Naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli ( alqur’an dan hadist) yaitu ilmu yang berhungan dengan agama islam. Ilmu ini mulai disusun dasar perumusanya pada sekitar 200 tahun setelah hijrah nabi sehingga menjadi ilmu yang kita kenal sekarang.
Ilmu ilmu itu antara lain :
a.      Ilmu tafsir
Alqur’an adalah sumber pertama agama islam. Oleh karena itu segala prilaku umat islam harus bedasarkan kepadanya, hanya saja tidak semua bangsa arab memahami arti yang terkandung di dalamnya. Sebab untuk memahami suatu itab tidak cukup hanya mengerti bahasanya sajatetapi diperlukan keseimbangan taraf pengetahuan antara buku yang di bacanya dengan pembacanya. Maka bangunkah para sahabat untuk menafsirkan. Yang pertama antara lain sahabat ibnu abbas, ibnu mas’ud, ali bin abi thalib, dan ubay bin ka’ab.
b.      Ilmu hadis
hadis adalah sumber hukum islam yang kedua setelah alqur’an. Karena kedudukanya itu, maka setiap abad umat islam selalu berusaha untuk menjaga dan melstarikanya.
c.       Ilmu kalam
Lahirnya ilmu kalam karena dua faktor:
1)      Untuk membela islam dengan bersenjatakan  filsafat sepertihalnya musuh yang memakai senjata itu.
2)      Karena semua masalah termasuk masalah agama telah bergeser dari pola rasa ke pola akal dan ilmu.
d.      Ilmu tasawuf
Adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada zaman abbasiyah. Inti ajaranya dengan tekun beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Alloh, meninggalkan kesenangan dan perhiasan dunia, serta bersunyi diri beribadah.
e.       Ilmu fiqih
Zaman abbasiyah merupakan zaman keemasan tamadun islam telah melahirkan ahli ahli hukum (fukoha) yang tersohor dalam sejarah islam dengan kitab kitab fiqihnya yang terkenal sampai sekarang. Para fuqoha yang lahir pada zaman ini terbagi dalam dua aliran: ahli hadis dan ahli ra’yi.
Ahli hadis adalah ahli yang mengarang fiqih berdasarkan hadis . pemuka dalam aliran ini adalah imam malik dengan pengikut pengikutnya, pengikut imam syafi’i, dan pengikut  imam hambali.
Ahli ra’yi adalah aliran yang mempergunakan akal dan pikiran dalam mengambil hukum. Pemuka aliran ini adalah abu hanifah dan teman temanya fuqoha dari irak.
f.       Perkembangan ilmu aqli
Ilmu aqli adalah ilmu yang di dasarkan pada pemikiran ( rasio ). Ilmu yang tergolong ilmu yang dikenal umat islam dari terjemahan asing: dari yunani, persia, atau india. Memang dalam alqur’an ada dasar dasar ilmu ini, tetapi umat islam menetahui ilmu ini setelah belajar dari luar. Yang termasuk ilmu ini antara lain kedokteran, kimia, filsafat, fisika, astronomi, dan ilmu hitung. Umat islam mengenal ilmu ini ketika keluar dari jazirah arab. Mereka mendapat ilmu ini dengan medatangi kota kota pusat pengembanganya, buku bukunya dan sarjana sarjananya.
Ilmu yang termasuk kedalam ilmu aqli adalah
a.      Ilmu kedokteran
Ilmu ini mulai mendapat perhatian ketika khalifah al mansyur dari bani abbas menderita sakit pada tahun 765 M. Atas nasehat menterinya, khalid bin barmak, kepala rumah sakit yunde sahpur yang bernama girgis bin buctyishu dipanggil ke istana unuk mengobati. Semenjak itu keturunan girgis tetap enjadi dokter istana dan pemerintah, dan ilmu kedokteran mendapat perhatian. Khalifah ini memerintahkan untuk menerjemahkanya dari bahasa yunani kedalam bahasa arab. Orang yang kemudian terkenal sebagai dokter islam antara lain; ibn shina dan al-razi.
b.      Ilmu filsafat
Dalam bidang filsafat
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan juga teologia. Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi, dan juga Al-Ghazali yang kita kenal dengan julukan Hujjatul Islam.
Tokoh  tokoh filsafat:
1.      Al-kindi
Dikalangan kaum musliminorang yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapanganya adalah al-kindi. Ia adalah abu yusuf bin ishak dan terkenal dengan sebutan “ filosuf arab” keturunan arab asli. Berasal dari kindah di yaman, tetapi lahir di kuffah di tahun 765 M. Orang tuanya adalah gubernur dari basrah. Setelah dewasa ia pergi ke bagdad dan mendapat lindungan dari khalifah al ma’mun (813-833) dan khalifah al mu’tashim ( 833-842). Al kindi menganut aliran mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat.
2.      Al-farabi
Ia adalah abu nasr muhammad bin muhammad bin thankan. Sebutan al-farabi di ambil dari nama kota farab tempat lahinya tahun 257H/870 M. Ayahnya seorang iran, ibunya wanita turkistan. Ia pernah menjadi perwira tentara turkistan, sejak kecil al-farabi suka belajar dan mempunyai kecakapan luar biasa dalam bidang bahasa. Setelah ia besar menuju baghdad untuk belajar antara lain kepada abu bisri bin mathius.selama di baghdad ia memusatkan perhatianya kepada logika.
3.      Al-ghazali
Kira kira satu generasi stelah ibnu shina. Ia adalah seorang guru besar madrasah nizhamiyah baghdad pada masa khollifah al qoim dari abbasiyah dan sultan Alp Arselan dari bani saljuk. Dalam sejarah filsafat islam ia dikenal sebagai orang yang pada mulanya syak kepada segala segalanya. Ia syak terhadap ilmu kalam karena terdapat beberapa aliran yang saling bertentangan.timbul pertanyaan dalam dirinya aliran mana yang betu betul benar diantara semua aliran itu. Sesudah itu ia mempelajari filsafat, ternyata ia juga menemukan argument argument yang bertentangan dengan ajaran islam. Sekalipun ragu terhadap filsafat tetapi al-ghazali tetap mempelajari dan mendalaminya sehingga kritik yang di gunakanya menggunakan metode filsafat itu sendiri tidak dapat dibantah. Tujuan Al-ghazali adalah ingin menggiatkan kembali kajian keagamaan sehingga karya utamanya yang berjudul kitab ihya ulumuddindan tahafut al-falasifah.  Meskipun ia seorang yang berfikiran sistematis rasional besar yangintinta menggabungkan filsafatdengan ilmu kalam, namun ia melihat keterbatasan ilmu kalam dan meyakini bahwa agama haruslah terutama pendekatan dari pribadi kepada Tuhan dalam suatu kehidupan zuhud.
c.       Ilmu astronomi
Al- fazari
Dalam lapangan ilmu astronomi penulisanya dimulai sejak diterjemahkanya buku shidanta dari bahasa india kedalam bahasa arab oleh al-fazari di baghdad pada tahun 771 M.
Pada awal abad IX M tempat observatorium dengan alat alat yang lebih akurat dibangun di yhunde sahpur. Oleh al-ma’mun, sehubungan dengan kepentingan lembaga ilmu pengetahuan, dibangu sebuah observatorium astronomi dekat gerbang syamsiah dibawah pimpinan sind bin ali dan yahya bin abi manshur(830 M).
Al-farghani
Ahli astronomi yang terkemuka lainya dalam periode ini adalah abu al-abbas ahmad al-farghani, yang pada tahun 861 M diangkat oleh almutawakil menjadi pengawas dalam pembangunan nilometer di fhutshah.
Disamping observatorium al-ma’mun, ada observatorium swasta yang dikelola oleh tiga bersaudara anak anak musa bin syakir (850-870 M).
Al-battani
 Ia berasal dari harran, adalah seorang ahli perbandingan yang terbesar dari penyelidikan yang tekun. Antara tahun 887-918 M ia mengadakan vasi di rakkah. Ia mengoreksi beberapa pendapat termasuk melakukan perhitungan yang benar terhadap orbit bulan dan planet planet tertentu.
d.       ilmu matematika
Angka angka yang biasa kita pakai disebut angka arab. Angka arab ini pada awalnya di perkenalkan oleh seorang bernama sidharta dari india yang bekerja di majlis al-mansyur sebagai seorang ahl astronomi. Ketika alfarazi menerjemahkan buku buku india, terjemahanya ini membantu terkenalnya sistem perangkaan kedunia arab. Angka yang dari ndia itu, disebut raqam alhindi, terdiri dari angka 1,2,3,4,5, kemudian oleh al-khawarizmi diciptakan angka 6,7,8,9 dan selanjutnya diciptakan angka 0 (nol) yang dinamakan sifr atau kosong.
Al-khawarizmi
Dalam perjlanan ilmu aljabar, munul seorang yang bernama al-khawarizmi. Aljabar ciptaanya lebih tinggi lagi dan kemudian namanya menjadi aritmatika.

I.       Keruntuhan Bani Abbasiyah
Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah:
1.      Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2.      Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3.      Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.


J.      Transmisi Peradaban dan Kebudayaan Muslim ke Dunia Barat
Kemajuan dunia Barat termasuk di dalamnya Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi pada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang pada periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Keuntungan Perang Salib bagi Eropa adalah menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas pelaut, kincir angin dari orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industri timur yang lebih berkembang. Ketika kembali ke Eropa, mereka mendirikan sebuah pasar khusus untuk barang-barang timur. Orang barat mulai menyadari kebutuhan akan barang-barang dari timur, dan karena kepentingan ini perdagangan antara timur dan barat menjadi lebih berkembang.
Selain itu, Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa untuk menyerap peradaban Islam. Pengaruh peradaban Islam ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M.


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat penulis simpulkan antara lain sebagai berikut:
1.      Bani Abbasiyah didirikan oleh Abu Al-Abbas pada tahun 750-754 M dengan Irak sebagai pusat pemerintahannya.
2.      Konsep khilafah pada Bani Abbasiyah berlanjut ke generasi sesudahnya, dan ini merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun.
3.      Sistem pemerintahan Dinasti Abbasiyah memiliki kantor pengawas (dewan az-zimani) yang pertama kali diperkenalkan oleh Al-Mahdi; dewan korespondensi atau kantor arsip (dewan at-tawqi) yang menangani surat resmi, dokumen politik serta instruksi dan ketetapan khalifah; dewan penyelidik keluhan; departemen kepolisian dan pos. Dewan penyelidik keluhan (dewan an-nazhar fi al-mazhalini) adalah sejenis pengadilan tingkat banding, atau pengadilan tinggi untuk menangani kasus-kasus yang diputuskan secara keliru pada departemen administratif dan politik. Sistem pemerintahan Bani Abbasiyah adalah monarki (kerajaan).
4.      Dalam sistem sosialnya, Bani Abbasiyah banyak dikuasai oleh orang-orang Iran. Bukan hanya itu, orang-orang Iran banyak melibatkan diri dalam roda pemerintahan Bani Abbas.
5.      Orientasi politik lebih ditekankan pada dasar-dasar yang dibuat oleh Abul Abbas As-Saffah pendiri Bani Abbasiyah.
6.      Tali ikat persatuan yang ada dalam masyaraka berupa paham yang menganggap tidak ada warga masyarakat dalam sebuah pemerintah, tetapi merupakan warga dunia internasional.
7.      Perkembangan Peradaban dapat dilihat dari adanya perkembangan kota, arsitektur, teknologi, industri,  dan perdagangan
8.      Strategi kebudayaan rasional ditandai dengan lahirnya pemikiran-pemikiran yang lebih kompleks dan sempurna berupa teologi yang dirumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam.
9.      Perkembangan intelektual terjadi dalam berbagai bidang. Dalam bidang keagamaan, imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Dalam bidang pendidikan didirikan lembaga pendidikan berupa kutab yang berfungsi untuk mendidik anak-anak, dan ada pula lembaga pendidikan untuk orang dewasa yang berfungsi untuk proses pendalaman ilmu agama. Selain itu didirikan perpustakaan. Dalam bidang astronomi muncul seorang tokoh bernama Al-Biruni. Dalam bidang matematikan lahir tokoh bernama Al-Khawarizmi yang menemukan al-jabar.
10.  Runtuhnya Bani Abbasiyah disebabkan beberapa faktor, yaitu pengembangan hanya terjadi dalam bidang peradaban dan kebudayaan saja, tanpa adanya pengembangan dalam bidang politik. Sehingga integritas politik mudah digoyahkan. Adanya serangan dari tentara Mongol, sehingga menghancurkan seluruh kekuasaan Bani Abbasiyah.

B.     Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah yang akan penulis susun di masa yang akan datang.
Demikian makalah ini penulis susun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.




DAFTAR PUSTAKA


Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Sou’yb, Joesoef. 1977. Sejarah Daulah Abbasiyah. Jakarta: Bulan Bintang.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar