BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kekhalifahan
Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah
al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan
dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan
tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah
merebutnya dari Bani Umayyah dan
menundukan semua wilayahnya kecuali Andalusia.
Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan
dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun
750 dan memindahkan ibu kota dari Damaskus ke Baghdad.
Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara
kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini terdiri dari rumusan masalah
berikut ini:
1. Bagaimana proses lahirnya Bani Abbasiyah?
2. Bagaimana sistem politik, pemerintahan dan
bentuk negara Buwaihi, dan Saljuki
3. Bagaimana strategi kebudayaan:
rasionalitas?
4. Bagaimana proses runtuhnya Bani Abbasiyah
5. Bagaimana transimisi peradaban dan
kebudayaan Islam ke dunia Barat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelahiran
Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah didirikan oleh Abu Al-Abbas
pada tahun 750-754 M dengan Irak sebagai pusat pemerintahannya. Khalifah
pertama Abbasiyah ini menyebut dirinya as-saffih, penumpah darah, yang kemudian
menjadi julukannya. Julukan itu merupakan pertanda buruk karena dinasti yang
baru muncul itu mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan dalam
menjalankan kebijakannya. As-Saffah menjadi pendiri dinasti Arab Islam ketiga
setelah Khulafa’ Ar-Rasyidun dan Dinasti Umayah yang sangat besar dan berusia
lama. Dari tahun 750 M, hingga 1258 M, penerus Abu Al-Abbas memegang
pemerintahan, meskipun mereka tidak selalu berkuasa. Orang Abbasiyah mengklaim
dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan negara
teokrasi, yang menggantikan pemerintahan sekular (mulk) dinasti Umayah. Sebagai
ciri khas keagamaan dalam istana kerajaannya, dalam berbagai kesempatan
seremonial, seperti ketika dinobatkan sebagai khalifah dan pada shalat Jumat,
khalifah mengenakan jubah (burdah) yang pernah dikenakan oleh saudara
sepupunya, Nabi Muhammad. Akan tetapi, masa pemerintahannya, begitu singkat.
B.
Sistem Politik, Pemerintahan dan Bentuk
Negara: Buwaihi, dan Saljuki
1. Bani Buwaihi
Dinasti Buwaihi dirintis oleh tiga
bersaudara: Ali, Hasan, dan Ahmad yang berasal dari Dailam. Tiga saudara ini
dalam sejarah dikenal sebagai tentara bayaran. Ketika berkuasa di Baghdad,
khalifah Bani Abbas dijadikan penguasa simbolik (de jure), dan pengendalian
pemerintahan secara de facto berada di tangan para amir. Tiga bersaudara ini
memiliki daerah kekuasaan masing-masing. Ahmad Ibn Buwaihi berkuasa di Baghdad;
Ali Ibn Buwaihi (‘Imad al-Dawlat) berkuasa di Fars; dan Hasan Ibn Buwaihi (Rukn
al-Dawlat) berkuasa di Jibal, Rayy, dan Isfahan.
Sekalipun tidak menghapuskan khilafah,
Buwaihi berupaya mengkampanyekan Syi’ah di Baghdad dengan beberapa gerakan:
pertama, Buwaihi menginstruksikan kepada pengelola masjid-masjid agar
menuliskan kalimat berikut: “Allah melaknat Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan, yang
merampas hak Fatimah ra, yang melarang Hasan Ibn Ali dikuburkan berdampingan
makam kakeknya SAW, dan kedua, Buwaihi menetapkan hari-hari bersejarah bagi
Syi’ah dijadikan perayaan resmi negara seperti perayaan 10 Muharram untuk
memperingati kasus Karbala, dan peringatan 12 Dzulhijjah sebagai yawm al-Ghadir
yang dalam keyakinan Syi’ah, Nabi SAW mewasiatkan kepada Ali Ibn Abi Thalib
sebagai penguasa duniawi dan agama sepeninggal beliau.
2. Bani Saljuk
Bani Saljuk dinisbahkan kepada Saljuk Ibn
Tuqaq. Tuqaq (ayah Saljuk) adalah pemimpin suku Oghus (Ghuzz atau Oxus) yang
menguasai wilayah Turkistan, tempat mereka tinggal. Saljuk Ibn Tuqaq pernah
menjadi panglima imperium Ulghur yang ditempatkan di Selatan lembah Tahrim dengan
Kasghar sebagai ibu kotanya. Karena merasa tersaingi kewibawaanya, permaisuari
raja Ulghur merencanakan pembunuhan terhadap Saljuk. Akan tetapi, sebelum dapat
direalisasikan rencana itu sudah diketahui oleh Saljuk. Dalam rangka
menghindari pembunuhan Saljuk dan orang-orang yang setia kepadanya
menyelamatkan diri dengan melarikan diri ke arah Barat, yaitu daerah Jundi
(Jand) suatu daerah yang merupakan bagian dari Asia kecil yang dikuasai dinasti
Samaniyah yang dipimpin oleh amir Abd al-Malik Ibn Nuh (954-961 M). Amir Abd
al-Malik Ibn Nuh mengizinkan Saljuk tinggal di Jundi dekat Bukhara. Terkesan
oleh kebaikan Amir Abd al-Malik Ibn Nuh, Saljuk dan pengikutnya memeluk Islam
aliran Sunni sesuai dengan aliran yang dianut oleh masyarakat setempat.
C. Sistem
Sosial
Masuknya
orang-orang Iran ke dalam elit kekuasaan pada masa Abbasiyah yang dimulai dari
keluarga Al-Barmark pada masa Harun Ar-Rasyid telah memberikan semangat
terpendam yang merupakan cikal bakal kebangkitan Iran Baru yang berjiwa Islam.
Apalagi dengan adanya perkawinan keluarga khalifah seterusnya. Walaupun di
sana-sini timbul pertentangan anara orang-orang yang masih mempertahankan
dominasi dan nasionalisme Arab di kalangan keluarga khalifah dengan pihak yang
telah beradaptasi dengan kebudayaan Iran, hal itu tidak menghalangi proses
lebih lanjut bagi perluasan pengaruh Iran dalam dunia Islam pada waktu itu.
Misalnya, dalam pembangunan kota Baghdad, jelas sekali meniru pola kota di
zaman Iran. Tata kota dibagi-bagi secara serasi. Ada pusat pemerintahan, pusat
ekonomi, dan pusat keagamaan, yang dikelilingi oleh perumahan yang disediakan
untuk rakyat.
D. Orientasi
Politik
Pada periode pertama pemerintahan Bani
Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh
yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi
lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan
dalam Islam. Namun setelah
periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang
politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
E. Tali
Ikat Persatuan (Agama Kosmopolitanisme)
Pada masa khilafah Bani Abbas, banyak
terjadi perpecahan dikalangan umat Islam saat itu. Hal ini dikarenakan
perbedaan pemikiran yang terjadi di dalam kalangan Islam itu sendiri. Untuk
mengatasi hal tersebut khalifah Bani Abbas membuat peraturan untuk dijadikan
sebagai pemersatu umat Islam.
Salah
satunya adalah dengan membentuk sebuah paham yang beranggapan bahwa seseorang tidak
perlu mempunyai kewarganegaraan, tetapi menjadi warga dunia. Keputusan ini pun
di sambut baik oleh umat Islam, karena mereka beralasan kalau setiap orang
tidak ada perbedaan diantara lainnya, tidak ada yang membedakan seseorang
dengan status kewarganegaraan, semuanya merupakan warga dunia yang sama antara
satu dengan yan lainnya.
F. Perkembangan
Peradaban: Perkembangan Kota, Arsitektur, Teknologi, Industri, dan
Perdagangan
Pada masa Dinasti Abbasiyah pengembangan
industri rumah tangga berkembang pesat dan maju. Industri kerajinan tangan
menjamur diberbagai pelosok kerajaan. Daerah Asia Barat menjadi pusat industri
karpet, sutera, kapas, dan kain wol, satin, dan brokat (dibaj), sofa (dari
bahasa Arab, Suffah) dan kain pembungkus bantal, juga perlengkapan dapur dan
rumah tangga lainnya. Mesin penganyam Persia dan Irak membuat karpet dan kain
berkualitas tinggi. Ibu Al-Musta’in memiliki sehelai karpet yang dipesan khusus
seharga 130 juta dirham dengan corak berbagai jenis burung dan emas yang
dihiasi batu rubi dan batu-batuan indah lainnya.
Sejak masa khalifah kedua Abbasiyah,
Al-Manshur, sumber Arab paling awal yang menyinggung tentang hubungan maritim
Arab dan Persia dengan India dan Cina berasal dari laporan perjalanan Sulaiman
At-Tajir dan para pedagang muslim lainnya pada aba ke-3 Hijriah. Tulang
punggung perdagangan ini adal sutra, kontribus terbesar orang Cina kepada dunia
Barat. Biasanya, jalur yang disebut “jalan sutra”, menyusuri Samarkand
dan Turkistan Cina.
Barang-barang dagangan biasanya diangkut
secara estafet; hanya sedikti khalifah yang menempuh sendiri perjalanan sejauh
itu. Di sebelah barat, para pedagang Islam telah mencapai Maroko dan
Spanyol. Pada masa Abbasiyah, orang-orang justru mampu mengimpor barang
dagangan, seperti rempah-rempah, kapur barus, dan sutra.
G. Strategi
Kebudayaan Rasionalitas
Rasionalitas nampaknya menjadi pemicu
berkembangnya kebudayaan pada masa Bani Abbasiyah. Aliran-aliran teologi sudah
ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji’ah, dan Mu’tazilah. Teologi
rasional Mu’tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun,
pemikiran-pemikiran yang lebih kompleks dan sempurna baru dirumuskan pada masa
pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan
pemikiran Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam. Tokok perumus
pemikiran Mu’tazilah yang terbesar adalah Abu Al-Huzail Al-Allaf (135-235
H/752-849 M) dan Al-Nazzam (185-221 H/801-835 M). Asy’ariyah, aliran
tradisional di bidang teologi yang dicetuskan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari
(873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga banyak terpengaruh oleh
logika Yunani. Ini terjadi, karena Al-Asy’ari sebelumnya adalah pengikut
Mu’tazilah.
Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa kebebasan berpikir diakui
sepenuhnya sebagai hak asasi setiap manusia oleh Daulah Abbasiyah. Oleh kerana
itu, pada waktu itu akal dan fikiran benar-benar dibebaskan dari belenggu
taqlid, sehingga orang berleluasa mengeluarkan pendapat. Berawal dari itu,
zaman pemerintahan Abbasiyah awal melahirkan 4 Imam Madzhab yang ulung, mereka
adalah Syafi’i , Hanafi, Hambali , dan Maliki.
Dalam negara Islam di masa Bani Abbassiyah berkembang corak
kebudayaan, yang berasal dari beberapa bangsa. Apa yang terjadi dalam unsur
bangsa, terjadi pula dalam unsur kebudayaan. Dalam masa sekarang ini berkembang
empat unsur kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan akal/rasio iaitu Kebudayaan
Persia, Kebudayaan Yunani, Kebudayaan Hindi dan Kebudayaan Arab dan
berkembangnya ilmu pengetahuan.
Masuknya kebudayaan Arab ke
dalam kebudayaan Islam terjadi dengan dua jalan utama, yaitu :
1. Jalan
Agama, Mengharuskan mempelajari Qur’an, Hadist, Fiqh yang semuanya dalam bahasa
Arab.
2. Jalan
Bahasa,Jazirah Arabia adalah sumber bahasa Arab, bahasa terkaya diantara rumpun
bahasa samy dan tempat lahirnya Islam.
H. Perkembangan
Intelektual; Keagamaan, Pendidikan, Sains, Teknologi, Astronomi, Matematika,
Filsafat, Kedokteran, Ilmu Bumi, Sejarah, Sastra.
Abad X masehi disebut abad pembanguan daulah islamiyah
di mana dunia islam, mulai dari cordove di spanyol sampai muktan di pakistan,
mengalami pembangunan di segala bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Dunia islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya,
makmur; sebaliknya dunia barat masih dalam keadaan delap, bodoh dan primitife.
Dunia islam sudah sibuk di laboratorium dan observatorium; dunia barat masih
asik dengan jampi jampi dan dewa dewa. Hal ini disebabkan agama yang dibawa
nabi muhammad telah menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan suatu kebudayaan
baru yakni kebudayaan islam. Dorongan itu mula mula menggerakkan terciptanya
ilmu ilmu agama dalam bidang agama (
ilmu naqli ), bermunculah ilmu ilmu agama dalam berbagai bidang. Kemudian,
ketika umat islam keluar dari jazirah arab, mereka menemukan pembendaharaan
yunani. Dorongan dari agama ditambahpengaruh dari pembendaharaan yunani
menimbulkan dorongan untuk memunculkan berbagai ilmu pengetahuan di bidang akal
(ilmu aqli).
1.
Perkembangan
Ilmu Naqli
Ilmu
naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli ( alqur’an dan hadist) yaitu ilmu
yang berhungan dengan agama islam. Ilmu ini mulai disusun dasar perumusanya
pada sekitar 200 tahun setelah hijrah nabi sehingga menjadi ilmu yang kita
kenal sekarang.
Ilmu
ilmu itu antara lain :
a.
Ilmu
tafsir
Alqur’an adalah sumber pertama agama
islam. Oleh karena itu segala prilaku umat islam harus bedasarkan kepadanya,
hanya saja tidak semua bangsa arab memahami arti yang terkandung di dalamnya.
Sebab untuk memahami suatu itab tidak cukup hanya mengerti bahasanya sajatetapi
diperlukan keseimbangan taraf pengetahuan antara buku yang di bacanya dengan
pembacanya. Maka bangunkah para sahabat untuk menafsirkan. Yang pertama antara
lain sahabat ibnu abbas, ibnu mas’ud, ali bin abi thalib, dan ubay bin ka’ab.
b.
Ilmu
hadis
hadis adalah sumber
hukum islam yang kedua setelah alqur’an. Karena kedudukanya itu, maka setiap
abad umat islam selalu berusaha untuk menjaga dan melstarikanya.
c.
Ilmu
kalam
Lahirnya ilmu kalam karena dua faktor:
1)
Untuk membela islam
dengan bersenjatakan filsafat
sepertihalnya musuh yang memakai senjata itu.
2)
Karena semua
masalah termasuk masalah agama telah bergeser dari pola rasa ke pola akal dan
ilmu.
d.
Ilmu
tasawuf
Adalah salah satu
ilmu yang tumbuh dan matang pada zaman abbasiyah. Inti ajaranya dengan tekun
beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Alloh, meninggalkan
kesenangan dan perhiasan dunia, serta bersunyi diri beribadah.
e.
Ilmu
fiqih
Zaman abbasiyah
merupakan zaman keemasan tamadun islam telah melahirkan ahli ahli hukum
(fukoha) yang tersohor dalam sejarah islam dengan kitab kitab fiqihnya yang
terkenal sampai sekarang. Para fuqoha yang lahir pada zaman ini terbagi dalam
dua aliran: ahli hadis dan ahli ra’yi.
Ahli hadis adalah
ahli yang mengarang fiqih berdasarkan hadis . pemuka dalam aliran ini adalah
imam malik dengan pengikut pengikutnya, pengikut imam syafi’i, dan
pengikut imam hambali.
Ahli ra’yi adalah
aliran yang mempergunakan akal dan pikiran dalam mengambil hukum. Pemuka aliran
ini adalah abu hanifah dan teman temanya fuqoha dari irak.
f.
Perkembangan
ilmu aqli
Ilmu aqli adalah
ilmu yang di dasarkan pada pemikiran ( rasio ). Ilmu yang tergolong ilmu yang
dikenal umat islam dari terjemahan asing: dari yunani, persia, atau india.
Memang dalam alqur’an ada dasar dasar ilmu ini, tetapi umat islam menetahui
ilmu ini setelah belajar dari luar. Yang termasuk ilmu ini antara lain
kedokteran, kimia, filsafat, fisika, astronomi, dan ilmu hitung. Umat islam
mengenal ilmu ini ketika keluar dari jazirah arab. Mereka mendapat ilmu ini
dengan medatangi kota kota pusat pengembanganya, buku bukunya dan sarjana
sarjananya.
Ilmu yang termasuk
kedalam ilmu aqli adalah
a.
Ilmu
kedokteran
Ilmu ini mulai
mendapat perhatian ketika khalifah al mansyur dari bani abbas menderita sakit
pada tahun 765 M. Atas nasehat menterinya, khalid bin barmak, kepala rumah
sakit yunde sahpur yang bernama girgis bin buctyishu dipanggil ke istana unuk
mengobati. Semenjak itu keturunan girgis tetap enjadi dokter istana dan
pemerintah, dan ilmu kedokteran mendapat perhatian. Khalifah ini memerintahkan
untuk menerjemahkanya dari bahasa yunani kedalam bahasa arab. Orang yang
kemudian terkenal sebagai dokter islam antara lain; ibn shina dan al-razi.
b.
Ilmu
filsafat
Dalam bidang
filsafat
Pada masa ini
pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika,
geometri, astronomi, dan juga teologia. Beberapa tokoh yang lahir pada masa
itu, termasuk diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi, dan juga Al-Ghazali yang
kita kenal dengan julukan Hujjatul Islam.
Tokoh
tokoh filsafat:
1.
Al-kindi
Dikalangan kaum musliminorang
yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapanganya adalah al-kindi. Ia
adalah abu yusuf bin ishak dan terkenal dengan sebutan “ filosuf arab”
keturunan arab asli. Berasal dari kindah di yaman, tetapi lahir di kuffah di
tahun 765 M. Orang tuanya adalah gubernur dari basrah. Setelah dewasa ia pergi
ke bagdad dan mendapat lindungan dari khalifah al ma’mun (813-833) dan khalifah
al mu’tashim ( 833-842). Al kindi menganut aliran mu’tazilah dan kemudian
belajar filsafat.
2.
Al-farabi
Ia adalah abu nasr
muhammad bin muhammad bin thankan. Sebutan al-farabi di ambil dari nama kota
farab tempat lahinya tahun 257H/870 M. Ayahnya seorang iran, ibunya wanita
turkistan. Ia pernah menjadi perwira tentara turkistan, sejak kecil al-farabi
suka belajar dan mempunyai kecakapan luar biasa dalam bidang bahasa. Setelah ia
besar menuju baghdad untuk belajar antara lain kepada abu bisri bin
mathius.selama di baghdad ia memusatkan perhatianya kepada logika.
3.
Al-ghazali
Kira kira satu
generasi stelah ibnu shina. Ia adalah seorang guru besar madrasah nizhamiyah
baghdad pada masa khollifah al qoim dari abbasiyah dan sultan Alp Arselan dari
bani saljuk. Dalam sejarah filsafat islam ia dikenal sebagai orang yang pada
mulanya syak kepada segala segalanya. Ia syak terhadap ilmu kalam karena
terdapat beberapa aliran yang saling bertentangan.timbul pertanyaan dalam
dirinya aliran mana yang betu betul benar diantara semua aliran itu. Sesudah
itu ia mempelajari filsafat, ternyata ia juga menemukan argument argument yang
bertentangan dengan ajaran islam. Sekalipun ragu terhadap filsafat tetapi
al-ghazali tetap mempelajari dan mendalaminya sehingga kritik yang di gunakanya
menggunakan metode filsafat itu sendiri tidak dapat dibantah. Tujuan Al-ghazali
adalah ingin menggiatkan kembali kajian keagamaan sehingga karya utamanya yang
berjudul kitab ihya ulumuddindan tahafut al-falasifah. Meskipun ia seorang yang berfikiran
sistematis rasional besar yangintinta menggabungkan filsafatdengan ilmu kalam,
namun ia melihat keterbatasan ilmu kalam dan meyakini bahwa agama haruslah
terutama pendekatan dari pribadi kepada Tuhan dalam suatu kehidupan zuhud.
c.
Ilmu
astronomi
Al- fazari
Dalam lapangan ilmu
astronomi penulisanya dimulai sejak diterjemahkanya buku shidanta dari bahasa
india kedalam bahasa arab oleh al-fazari di baghdad pada tahun 771 M.
Pada awal abad IX M
tempat observatorium dengan alat alat yang lebih akurat dibangun di yhunde
sahpur. Oleh al-ma’mun, sehubungan dengan kepentingan lembaga ilmu pengetahuan,
dibangu sebuah observatorium astronomi dekat gerbang syamsiah dibawah pimpinan
sind bin ali dan yahya bin abi manshur(830 M).
Al-farghani
Ahli astronomi yang
terkemuka lainya dalam periode ini adalah abu al-abbas ahmad al-farghani, yang
pada tahun 861 M diangkat oleh almutawakil menjadi pengawas dalam pembangunan
nilometer di fhutshah.
Disamping
observatorium al-ma’mun, ada observatorium swasta yang dikelola oleh tiga
bersaudara anak anak musa bin syakir (850-870 M).
Al-battani
Ia berasal dari harran, adalah seorang ahli
perbandingan yang terbesar dari penyelidikan yang tekun. Antara tahun 887-918 M
ia mengadakan vasi di rakkah. Ia mengoreksi beberapa pendapat termasuk
melakukan perhitungan yang benar terhadap orbit bulan dan planet planet
tertentu.
d.
ilmu matematika
Angka angka yang
biasa kita pakai disebut angka arab. Angka arab ini pada awalnya di perkenalkan
oleh seorang bernama sidharta dari india yang bekerja di majlis al-mansyur
sebagai seorang ahl astronomi. Ketika alfarazi menerjemahkan buku buku india,
terjemahanya ini membantu terkenalnya sistem perangkaan kedunia arab. Angka
yang dari ndia itu, disebut raqam alhindi, terdiri dari angka 1,2,3,4,5,
kemudian oleh al-khawarizmi diciptakan angka 6,7,8,9 dan selanjutnya diciptakan
angka 0 (nol) yang dinamakan sifr atau kosong.
Al-khawarizmi
Dalam perjlanan
ilmu aljabar, munul seorang yang bernama al-khawarizmi. Aljabar ciptaanya lebih
tinggi lagi dan kemudian namanya menjadi aritmatika.
I. Keruntuhan
Bani Abbasiyah
Faktor-faktor penting yang menyebabkan
kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri,
adalah:
1.
Luasnya
wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para
penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2.
Dengan
profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat
tinggi.
3.
Keuangan
negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat
besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa
pengiriman pajak ke Baghdad.
J. Transmisi Peradaban dan Kebudayaan Muslim
ke Dunia Barat
Kemajuan dunia Barat termasuk di dalamnya Eropa yang
terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi pada khazanah ilmu
pengetahuan Islam yang berkembang pada periode klasik. Memang banyak saluran
bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib,
tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Keuntungan Perang Salib bagi Eropa adalah menambah
lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti
kompas pelaut, kincir angin dari orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui cara
bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industri timur yang lebih
berkembang. Ketika kembali ke Eropa, mereka mendirikan sebuah pasar khusus
untuk barang-barang timur. Orang barat mulai menyadari kebutuhan akan
barang-barang dari timur, dan karena kepentingan ini perdagangan antara timur
dan barat menjadi lebih berkembang.
Selain itu, Spanyol merupakan tempat yang paling utama
bagi Eropa untuk menyerap peradaban Islam. Pengaruh peradaban Islam ke Eropa
berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di
universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Seville,
Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif
menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan itu
adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan
universitas yang sama. Universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris
yang didirikan pada tahun 1231 M.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat penulis simpulkan antara lain sebagai
berikut:
1.
Bani
Abbasiyah didirikan oleh Abu Al-Abbas pada tahun 750-754 M dengan Irak sebagai
pusat pemerintahannya.
2.
Konsep
khilafah pada Bani Abbasiyah berlanjut ke generasi sesudahnya, dan ini
merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia,
bukan pula sekedar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun.
3.
Sistem
pemerintahan Dinasti Abbasiyah memiliki kantor pengawas (dewan az-zimani) yang
pertama kali diperkenalkan oleh Al-Mahdi; dewan korespondensi atau kantor arsip
(dewan at-tawqi) yang menangani surat resmi, dokumen politik serta instruksi
dan ketetapan khalifah; dewan penyelidik keluhan; departemen kepolisian dan
pos. Dewan penyelidik keluhan (dewan an-nazhar fi al-mazhalini) adalah sejenis
pengadilan tingkat banding, atau pengadilan tinggi untuk menangani kasus-kasus
yang diputuskan secara keliru pada departemen administratif dan politik. Sistem
pemerintahan Bani Abbasiyah adalah monarki (kerajaan).
4.
Dalam
sistem sosialnya, Bani Abbasiyah banyak dikuasai oleh orang-orang Iran. Bukan
hanya itu, orang-orang Iran banyak melibatkan diri dalam roda pemerintahan Bani
Abbas.
5.
Orientasi
politik lebih ditekankan pada dasar-dasar yang dibuat oleh Abul Abbas As-Saffah
pendiri Bani Abbasiyah.
6.
Tali
ikat persatuan yang ada dalam masyaraka berupa paham yang menganggap tidak ada
warga masyarakat dalam sebuah pemerintah, tetapi merupakan warga dunia
internasional.
7.
Perkembangan
Peradaban dapat dilihat dari adanya perkembangan kota, arsitektur, teknologi,
industri, dan perdagangan
8.
Strategi
kebudayaan rasional ditandai dengan lahirnya pemikiran-pemikiran yang lebih
kompleks dan sempurna berupa teologi yang dirumuskan pada masa pemerintahan
Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang
membawa pemikiran rasional dalam Islam.
9.
Perkembangan
intelektual terjadi dalam berbagai bidang. Dalam bidang keagamaan, imam-imam
madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Dalam
bidang pendidikan didirikan lembaga pendidikan berupa kutab yang berfungsi
untuk mendidik anak-anak, dan ada pula lembaga pendidikan untuk orang dewasa
yang berfungsi untuk proses pendalaman ilmu agama. Selain itu didirikan
perpustakaan. Dalam bidang astronomi muncul seorang tokoh bernama Al-Biruni.
Dalam bidang matematikan lahir tokoh bernama Al-Khawarizmi yang menemukan
al-jabar.
10. Runtuhnya Bani Abbasiyah disebabkan
beberapa faktor, yaitu pengembangan hanya terjadi dalam bidang peradaban dan
kebudayaan saja, tanpa adanya pengembangan dalam bidang politik. Sehingga
integritas politik mudah digoyahkan. Adanya serangan dari tentara Mongol,
sehingga menghancurkan seluruh kekuasaan Bani Abbasiyah.
B.
Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Untuk itu
penulis mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah yang
akan penulis susun di masa yang akan datang.
Demikian makalah ini penulis susun, semoga dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban
Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Sou’yb, Joesoef. 1977. Sejarah Daulah
Abbasiyah. Jakarta: Bulan Bintang.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban
Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar